Alasan Dibalik Serangan Korea Utara
Korea
Utara membombardir desa-desa di Pulau Yeonpyeong, Korea Selatan pada 23
November, menewaskan empat orang dan melukai puluhan, menandai tindakan
provokatif yang paling agresif di antara keduanya sejak Perang Korea.
Artileri
dan angkatan udara Korea Selatan segera memukul balik dan menyatakan
niat mereka, jika diperlukan akan menyerang pangkalan rudal Korea Utara.
Tanpa gentar, AS dan Korea Selatan mengumumkan bahwa mereka akan terus
melakukan latihan militer bersama skala besar di Laut Kuning. Awan
peperangan sekali lagi berkumpul di Semenanjung Korea.
Serangan
itu, setidaknya, mempunyai persetujuan dari Partai Komunis Tiongkok
(PKT). Dan dari perspektif praktis, Korea Utara dibacking dan didukung
oleh PKT. Berikut ini alasannya:
Pertama,
bertentangan dengan kecaman dunia secara kolektif terhadap Korea Utara,
PKT secara terbuka menghibur negara itu. Rezim komunis Tiongkok
menyerukan kepada kedua belah pihak untuk tenang dan, yang patut
dipertanyakan, secara langsung tidak menyalahkan Pyongyang. PKT juga
menandatangani Persetujuan Kerjasama Ekonomi dengan Korea Utara di hari
serangan itu terjadi.
Selain
itu, delegasi Kementerian Kesehatan Tiongkok tidak membatalkan
perjalannya ke Pyongyang, dan disambut dengan resepsi VIP pada saat
kedatangannya. Upacara pemberian hadiah dilanjutkan seperti yang
direncanakan, dengan salinan DVD serial TV tentang Mao Anying (anak
tertua Mao Zedong yang tewas di Perang Korea), menyoroti tentang
"persahabatan yang diikat dengan darah segar" mereka.
Secara
historis, PKT selalu memperkuat dan mendukung Korea Utara, baik secara
terbuka maupun di balik layak. Selama insiden Cheonan, dimana Korea
Utara menenggelamkan sebuah kapal Korea Selatan, PKT berulang kali
menolak untuk mendengarkan laporan investigasi internasional yang
menyimpulkan bahwa Utara yang bertanggung jawab. Hal ini seharusnya
tidak terlihat aneh, karena PKT sudah tahu semuanya dan tidak perlu
melihat laporan itu lagi.
Mari
kita mempertimbangkan pengobatan kerajaan yang diterima Kim Jong-il di
Tiongkok: apakah bukan jelas-jelas bahwa ia sedang "berterima kasih"
untuk layanan yang diberikan? Dibandingkan dengan upaya-upaya media
internasional yang secara hati-hati mencari semua sisi cerita dan
menganalisis bukti, tindakan-tindakan petinggi PKT mengungkapkan sikap,
"Apa yang akan kamu lakukan kalau saya adalah bapak dari preman di
lingkungan sini?'
Menutup-nutupi
Kedua,
karena serangan Korea Utara tampaknya memang agak terlalu irasional,
PKT telah berusaha sangat keras untuk membuat semuanya menjadi lancar.
Media yang dijalankan negaranya itu telah membuat-buat sesuatu yang
disebut, "Perselisihan mengenai kedaulatan dan kepiting."
Kalimat lucu ini berhubungan dengan dugaan sengketa teritorial yang kembali ke 50 tahun lalu
Ketika Perang Korea berakhir pada Juli 1953, Korea Selatan dan Utara
menandatangani negosiasi gencatan senjata. AS dan Korea Selatan
mendefinisikan Garis Batas Utara (GBU) sebagai batas maritim, dan Korea
Utara telah diam tentang hal itu selama lebih dari 20 tahun. Ketika
sebuah dialog dimulai pada 1972, bagaimanapun, Korea Utara telah
menggunakan negosiasi-negosiasi sebagai kedok untuk diam-diam menggali
terowongan-terowongan dalam persiapannya untuk invasi, oleh sebab itu
melanggar perjanjian gencatan senjata. Sebuah konflik militer pecah di
garis pemisah militer pada 1976 dan setelah itu konsekuensinya dibangun
sebuah "garis semen." Korea Utara juga memaksakan batas pemisah lautnya
sendiri, yang mana terletak di selatan GBU, untuk menantang GBU.
Di
peta, GBU sesuai dengan konvensi internasional dan menghubungkan
pulau-pulau termasuk Baengnyeong, Daecheong, Yeonpyeong dan pulau-pulau
Korea Selatan. Namun, pembatas laut versi Korea Utara adalah tidak masuk
akal – ia bukan hanya jauh melampaui pulau-pulau Korea Selatan, tapi
juga memaksa akses Korea Selatan ke pulau-pulau itu melalui jalan air
sempit berbentuk L. Adalah Korea Utara yang memunculkan "sengketa"
laut-laut yang tumpang tindih, termasuk daerah laut di Pulau Yeonpyeong.
Perairannya kaya dengan kepiting, dan oleh sebab itu PKT memutar
referensi, menyebutnya, "Perselisihan mengenai kedaulatan dan kepiting."
Pada
kenyataannya, bahkan Korea Utara mengakui bahwa Pulau Yeonpyeong adalah
di dalam teritori Korea Selatan. Latihan artileri Korea Selatan di
Pulau Yeonpyeong adalah dilakukan di dalam wilayah perairannya sendiri.
Namun, Korea Utara ke Pulau Yeonpyeong adalah serangan terhadap daerah
teritori Korea Selatan, dan karena itu jelas merupakan tindakan agresi
militer. Selain itu, latihan artileri Korea Selatan ditargetkan ke laut
terbuka dan tidak menyebabkan bahaya apapun, sedangkan pengeboman Korea
Utara sengaja ditargetkan ke tentara Korea Selatan dan warga sipil, dan
merupakan tindakan yang dimaksudkan untuk membunuh. PKT sengaja
mencampur dan memutar balik agresi dan pembunuhan itu menjadi "Kedua
belah pihak menuduh satu sama lain untuk memprovokasi konflik."
Bantuan Tiongkok di Belakang Layar
Ketiga, di belakang layar PKT telah memberikan tranfusi ekonomi jangka
panjang kepada Korea Utara, (misalnya, 90 persen minyak Korea Utara, 80
persen produk konsumen, 45 persen biji-bijian dan sejumlah besar uang
tunai), dan dalam kesetiaan militer ( menyediakan teknologi nuklir dan
rudal) yang semuanya di tutup-tutupi untuk menghindari kecaman
internasional. Hanya dengan semua sumber daya yang di supply oleh
Tiongkok, Korea Utara baru bisa bertahan sampai hari ini, dan untuk
terus-menerus menentang dengan begitu arogan Korea Selatan dan AS yang
jauh lebih kuat.
Tentu
saja, sebagai bagian tabir asap yang dipelihara dengan hati-hati bagi
komunitas internasional, PKT telah berpura-pura tidak bersalah dan
berperilaku sepertinya Korea Utara tidak menuruti taktik-taktik
tekanannya, seolah-olah Korea Utara sudah tidak lagi di bawah
kendalinya. Kenyataannya, ini bukan karena PKT tidak dapat mengendalikan
– PKT adalah garis hidup ekonomi Korea Utara – tapi ia tidak mau.
Sebagian
besar tindakan utama Korea Utara telah disetujui oleh PKT dan merupakan
sebuah pertunjukan kesetiaan kepada rezim komunis Tiongkok. Dalam
contoh terakhir, Insiden pengeboman ini mungkin telah mengalihkan
perhatian publik Tiongkok yang murka karena kebakaran apartemen yang
kontroversial di Shanghai, untuk membantu mendapatkan poin-poin tawar
menawar dengan AS mengenai nilai tukar yuan dan pembicaraan ke Enam
belah pihak, atau untuk mengurangi tekanan dari AS-Jepang-Korea
Selatan-Aliansi ASEAN.
Terakhir
tetapi tidak berarti berakhir, PKT tidak hanya mengendalikan Korea
Utara di hari ini, tapi juga di masa depan. Sebagai contoh, pengganti
Kim Jung-il harus disahkan oleh rezim Tiongkok. Dalam proses konfirmasi,
pertama-tama Kim Jung-il membawa Kim Jung-Un mengunjungi pemimpin PKT;
kemudian Guo Boxiong, yang mewakili militer Tiongkok, dan Zhou Yongkang,
sistem mata-mata, pergi mengunjungi Korea Utara, menyelesaikan proses
konfirmasi yang menyerupai upacara persetujuan para mafia ala godfather.
Serangan
itu mungkin adalah sebuah pernyataan perayaan kesuksesan Kim Jung-Un
yang berhasil dan mendapatkan dukungan dari tentara; tetapi itu juga
bisa saja untuk membayar kembali atas persetujuan PKT terhadap
penggantinya.
AS
telah menerapkan "Strategi Sabar" terhadap Korea Utara yang telah
berulangkali memprovokasi, dan belum dihargai rezim dengan dialog,
negosiasi, ataupun konsesi. Namun, semua strategi dan sanksi ini tidak
dapat menghentikan provokasi militer Korea Utara, karena Korea Utara
tahu ia didukung oleh PKT. Mungkin ini adalah sebuah petunjuk AS harus
menaruh perhatian: Bahwa cara mendasar untuk mengatasi krisis
Semenanjung Korea adalah memecahkan masalah Partai Komunis Tiongkok.
(EpochTimes/khl)
0 komentar:
Posting Komentar